Brahmacari
asrama
Adalah fase pertama dari catur
asrama Brahmacari yang berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya
ilmu pengetahuan suci dan Cari ( car ) yang artinya bergerak atau bertingkah
laku mencari atau mengejar ilmu pengetahuan.
Jadi brahmacari artinya bergerak di
dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan ( masa menuntut ilmu pengetahuan ),
yakni masa belajar dan berjuang, mengisi diri menuju peringkat hidup yang lebih
baik, dalam usaha melenyapkan atau menghilangkan kegelapan menuju kecerdasan.
“Brahmacari ngaranya sang sedeng
mangabhyasa Sang Hyang Sastra, mnwang Sang Wruh ring tingkah Sang Hyang aksara,
sang mangkana karamanya sang Brahmacari ngaranya. (Silakrama hal 8)
Artinya :
Barhmacarinya namanya bagi orang
yang sedang menuntut ilmu pengetahuan dan yang mengetahu perihal ilmu huruf
(aksara).
Brahmacari dikenal juga dengan
istilah hidup aguron-guron atau asewaka guru. Di dalam tingkatan Brahmacari
guru mendiidk para siswa atau murid dengan petunjuk kerohanian, kebajikan,
amal, pengabdian dan semuanya itu didasari oleh Dharma (kebenaran).
Di samping itu guru memberikan
berbagai ilmu pengetahuan kepada para muridnya. System Brahmacari lebih
mengutamakan pada pembentukan pribadi-pribadi manusia yang tangguh dan handal
serta memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Semuanya itu untuk
menjadikan manusia bisa hidup mandiri dan siap untuk menempuh kehidupan berumah
tangga nantinya.
Demikian juga Brahmacari merupakan
pondasi/dasar untuk menempuh tingkat dan jenjang kehidupan lainnya seperti Grhastha,
wanaprastha dan bhiksuka.
Semasih seseorang berada pada
lintasan umur brahmacari, mesti lebih terdorong hatinya untuk mengisi diri dan
bertekad bulat menuntut ilmu sebanyak-banyaknya sesuai dengan slogan “masa
muda adalah masa belajar dan berjuang”. Bukan masa muda dijadikan
ajang sebagai masa bermalas-malasan dan hura-hura! Setiap orang hendaknya
memprogram diri untuk dapat melewati masa brahmacari asrama itu dengan sasaran
dan tujuan yang dicita-citakan
Lebih-lebih di dalam era globalisasi
ini antara iptek dengan imtaq itu, harus seimbang adanya. Artinya antara
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi diselaraskan dengan perilaku iman dan
takwa. Bila tidak seimbang antara penguasaan iptek dengan pengalaman perilaku imtaq
ini akan bisa menimbulkan adanya kesombongan. Bagaimanapun tingginya iptek itu
harus diimbangi dengan imteq agar iptek itu dapat berguna meningkatkan harkat
martabat hidup umat manusia. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein
yaitu ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu lumpuh.
Menurut agama Hindu saat berada
dalam Brahmacari asrama, para siswa dilarang mengumbar hawa nafsu sex.
Melainkan semua kekuatan jasmani dan rohaninya sebagian besar hendaknya
diarahkan untuk pembentukan kecerdasan otak yang disebut dengan oyas sakti,
hendaknya menuntut ilmu pengetahuan setinggi mungkin, agar dapat membentuk
perilaku dan sikap moral serta mengembangkan jiwa budhi luhur.
Ilmu pengetahuan itu ada dua macam :
para widya (pengetahuan Ketuhanan) dan apara widya (ilmu tentang keduniawian).
Menurut kitab Atharwa Wda XI.5, disebutkan untuk dapat menjadi seorang siswa
terlebih dahulu harus diawali dengan upacara upanayana dan diakhiri dengan
upacara samawartana. Upacara upanayana berfungsi untuk menyucikan calon brahmacari
untuk dapat menjadi siswa yang sah. Sedangkan upacara samawartana adalah
upacara wisuda yang menyatakan siswa tersebut telah resmi menamatkan
pelajarannya.
Pembagian Brahmacari asrama yaitu :
a.
Sukla
brahmacari
“Sukla
brahmacari ngaranya tanpa rabi sangkan rere, tan maju tan kuring sira, adyapi
teku ring wreddha tewi tan pangincep arabi sangkan apisan”. (silakrama hal.32)
Artinya :
Sukla
brahmacari namanya orang yang tidak kawin dari sejak lahir sampai ia meninggal.
Hal ini bukan disebabkan karena impoten atau lemah sahwat. Dia sama sekali
tidak pernah kawin sampai umur lanjut.
Orang yang melaksanakan Sukla
Brahmacari dengan sungguh-sungguh maka dalam ingatannya tidak ada terlintas
nafsu seks dan beristri. Kesadaran melaksanakan Sukla Brahmacari ini memang
tumbuh dari getaran bathin dan hatinya yang suci murnih.
Dalam wira cerita Ramayana, Taruna
Laksamana ditampilkan sebagai sosok yang menjalankan Sukla Brahmacari.
Betapapun wanita menggoda, termasuk Raksasa Surpanaka, ia tetap teguh imam
melaksanakan sukla brahmacari itu yakni tidak kawin sampai akhir hayat
dikandung badan. Sehingga akhirnya Surpanaka jengkel dan marah dan mengadu
kepada Rahwana.
Rahwana marah, karena aduan dari
Surpanaka, mengatakan dirinya dianiaya dan disiksa oleh Laksmaa. Sehingga
Rahwana mengirim patih Marica untuk menggoda Dewi Sita. Patih Marica berubah
menjadi Kijang Mas, sehingga Dewi Sita tertarik terhadap kijang itu, dan
menyuruh Rama untuk menangkapnya. Rama berpisah pergi mengejar kijang itu. Saat
Rama berpisah dengan Sita, dipergunakan sebagai kesempatan oleh Rahwana untuk
melarikan Dewi Sit dibawa ke Alengka.
b.
Sewala
brahmacari
“Sewala
brahmacari ngaranya, marabi pisan, tan parabi, muwah yan kahalangan mati
strinya, tanpa rabi, mwah sira, adnyapi teka ri patinya, tan pangucap arabya.
Mangkana sang brahmacari yan sira sewala brahmacari”. (silakrama hal. 32)
Artinya :
Sewala
brahmacari namanya bagi orang yang hanya kawin satu kali, tidak kawin lagi.
Bila mendapatkan halangan salah satu meninggal, maka ia tidak kawin lagi sampai
datang ajalnya. Demikianlah namanya sewala brahmacari.
c.
Krsna (Trsna)
brahmacari
Seseorang diijinkan kawin lebih dari
satu kali dalam batas maksimal 4 kali. Itupun dengan ketentuan bahwa seorang
brahmacari boleh mengambil istri yang kedua bilamana istri yang pertama tidak
dapat melahirkan keturunan. Tidak dapat berperan sebagai seorang istri mungkin
sakit-sakitan, dan bila istri pertama mengijinkan untuk kawin kedua kalinya.
Walaupun dalam Trsna brahmacari
disebutkan boleh kawin lebih dari satu kali, namun ada aturan yang harus
ditaati agar ketenteraman rumah tangga tetap dapat terbina. Aturan atau syarat-syarat
yang harus ditaati bagi yang mau menjalankan kehidupan Trsna Brahmacari adalah:
1. Mendapatkan persetujuan dari istri
2. Suami harus bersifat adil terhadap
istri-istrinya secara lahir dan bathin
3. Suami sebagai seorang ayah harus
dapat berlaku adil terhadap anak-anak yang dilahirkan.
Pada masa Brahmacari tujuan utama
manusia adalah tercapainya dharma dan artha. Seseorang belajar untuk memahami
dharma dan dapat mencari nafkah di masa depan. Dharma merupakan dasar dan bekal
mengarungi kehidupan berikutnya.
Kitab Manawa Dharmasastra, IV.7
“Sarvan parityajed arthan
svadhyayasya virodinaa, yatha tatha dhyapayamstu sa hyasya krta krtyata”
Artinya :
“Hendaknya ia menghindari semua
jalan mencapai kekayaan yang dapat mengganggu pelajaran Vedanya, bagaimana pun
juga hendaknya ia mengukuhkan diri dalam mempelajari veda berdasarkan
kebhaktian akan sampai pada saat segala-galanya menjadi kenyataan”.
0 comments:
Post a Comment