UPAVEDA
WEDA SRUTI
DAN WEDA SMRTI
Berdasarkan sistim
pertimbangan materi dan luas ruang lingkup isinya, jumlah jenis buku
Weda itu banyak. Weda itu
mencakup berbagai aspek kehidupan yang menyangkut manusia.
Maha Rsi Manu membagijenis isi
Weda itu kedalam dua kelompok besar yang disebut.
1. Weda Sruti
2. Weda Smrti
'Pembagian dalam dua jenis ini
dipakai selanjutnya untuk menamakan semua jenis buku
yang dikelompokkan sebagai
kitab Weda baik secara tradisional maupun secara institusional
ilmiah' Kelompok Weda Sruti isinya
hanya memuat wahyu sedangkan kelompok smrti isinya
adalah sebagai ingatan
kembaliterhadap Sruti. Jadi Smrti merupakan, buku pedoman yang isinya tidak bertentangan dengan
Sruti. Bila dibandingkan dengan ilmu politik Sruti adala merupakan UUD nya Hindu sedangkan Smrti
adalah UU. Pokok dan UU. Pelaksanaannya adalah Nibandha. Kedua-duanya merupakan sumber
Hukqm yang mengikat yang harus diterima. Oleh karena itu "Bhagawan Manu"
menegaskan dalam kitabnya "Manawa Dharmasastra" ll 10. sebagai
berikut:
Srutistu
Wedo Wiineyo dharmacastram tu wai Smrtih. te sartwarhawam imamsyo tabhyam dharmohi nirba bhau.
Artinya
Sesungguhnya Sruti (wahyu)
adalah Weda demikian pula Smrti itu adatah Dharmasastra.
keduanya harus tidak boleh
diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adatah kitab
suci yang menjadi umber dari
agama Hindu, (Dharma).(Manawa Dharma Sasfra. lt. 10)
KODIFIKASI
WEDA
1. WEDA
SRUTI
Kata Sruti sesungguhnya berasal
dari bahasa Sanskerta, dari akar kata Crt. yang berarti mendengar langsung. JadiWeda Sruti adalah Kelompok Weda yang ditulis oleh
para Maha Rsi
melalui pendengaran langsung
dariwahyu lda Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan.
Kelompok Weda Sruti menurut
Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya ada
weda orisinal. Menurut sifat
isinya weda ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
1) Bagian
Mantra
1. Rg weda samhita; merupakan
kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran-alaran
umum daram
bentuk pujaan (Rc atau Rca's) Arc = memuja (Arc v Rc)
2. sama weda samhita;
merupakan kumpuran mantra-mantra memuat ajaran umum
mengenai
laguJagu pujaan, atau saman
3. Yayur weda samhita;
merupakan kumpuran mantra-mantra yang memuat ajaran
umum
mengenai pokok-pokok yajna (yajus, pluralnya yajumsi). Jenis weda ini ada
dua
macam yaitu:
a'
Yajur weda hitam (Kresna yajunueda) yang terdiri atas beberapa resensi
antara
lain: Taitiriya samhita dan Maitrayanisamhita.
b' Yajur weda putih (sukla yajurweda), yang juga disebut Maitraneyi
samhita.
4. Atharwa weda samhita;
merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran
yang
bersifat magis (Atharwan).
2) Bagian Brahmana
(Karma Kanda)
Bagian
Kedua yang terpenting dari kitab Sruti adalah bagian yang disebut ‘Brahmana’
atau ‘Karma Kanda’ . Himpunan buku – buku ini disebut Brahmana. Tiap – tiap
mantra (Rg. Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda) memiliki Brahmana.
Brahmana berarti doa. Jadi, kitab Brahmana adalah kitab yang berisi himpunan
doa – doa yang dipergunakan untuk keperluan upacara yadnya.
o Kitab Rg. Weda memiliki Dua Jenis Buku Brahmana,
Yaitu Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana (Sankyana Brahmana). Kitab
Brahmana yang pertama terdiri dari 40 bab dan yang kedua terdiri dari 30 bab.
o Kitab Yajur Weda memiliki beberapa kitab ‘Brahmana’
Yajur Weda Hitam (Krsna Yajur Weda) memiliki Taittriya Brahmana
o Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda) memiliki
satapatha Brahmana. Nama ini disebut demikian karena kitab ini terdiri dari 100
adhyana.
3) Bagian
Upanisad/ Arnyaka (Jnana Kanda)
Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra –
mantra yang membahas berbagai aspek teori mengenai keTuhanan.
Di dalam penelitian berbagai naskah suci Hindu, Dr.
G. Sriniwasa Murti di dalam introduksi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan bahwa
tiap – tiap sakha (cabang ilmu) merupakan satu upanisad, antara lain :
o Rg. Weda terdiri dari 21 Sakha
o Sama Wedha terdiri dari 1000 sakha
o Yajur Wedha terdiri dari 109 Sakha
o Atharwa Wedha terdiri dari 50 sakha
Berdasarkan Jumlah sakha, yaitu 1.180 sakha maka
jumlah Uphanisad seyognyanya berjumlah 1.180 buah buku. Tetapi berdasarkan
catatan Muktikopanisad, jumlah uphanisad disebut secara tegas adalah sebanyak
108 buah buku . Adapun perincian dari pada kitab-kitab Upanisad itu adalah
sebagai berikut :
v Upanisad yang tergolong jenis Rg. Weda yaitu
Aitareya, Kausitaki, dll
v Uphanisad yang tergolong Sama Weda yaitu Kena,
Chandogya, dll.
v Uphanisad yang tergolong Yajur Weda, yaitu :
o Yajur Weda Hitam : Kathawali , Taittriyaka, dll
o Yajur Weda Putih : Isawasya, Subata, dll.
v Upanisad yang tergolong Jenis Atharwa Weda , Yaitu
:
o Prana, Munduka , dll.
2. WEDA
SMRTI
Smerti
merupakan kitab suci agama Hindu, sesudah veda cruti. Kitab smrti memuat tentang ajaran hukum agama
Hindu, yang juga disebut Dharma atau Dharma Sastra. Dharma berarti hukum dan sastra
berarti ilmu. Dharma sastra berarti ilmu hukum agama Hindu. Kata smrti berasal dari
bahasa sansekerta dari kata smrta (neuter) berarti: ingatan, menjadi kata smrti
(feminime) berarti: ingatan. kenangan, tradisi yang berwenang. Kitab smrti adalah kitab suci veda yang ditulis berdasarkan ingatan oleh
para Maharesi dari wahyu sang Hyang widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Kitab smrti adalah kitab
Veda juga, karena fungsi dan kedudukannya dipersamakan dengan kitab veda cruti.
Kitab Smrti
adalah merupakan kitab pendukung dan penjelasan dari kitab Weda Cruti. yang ditulis oleh banyak Maharesi. oleh karena itu pergunakanlah
kitab-kitab sastra sebagat petunjuk untuk menentukan tentang segala sesuatu yang harus kita kerjakan
dan untuk dapat mengetahui
apa yang patut kita kerjakan.
Beberapa
kitab suci agama Hindu yang termasuk kitab Smrti, antara lain : Mananra Dharma Sastra, Sarasamuccaya, Clokantara, Tattwa Suksma, Bharatayudhya,
Yoga Sura Ramayana,
Niti sastra, cilakrama, Manu Smrti, Yajna Pawitra dan Brahmanda Purana' Kitab-kitab suci yang tergolong jenis kitab Smrti itu banyak jumlahnya, dan
penulisnyapun banyak pula.
Hal semacam ini disebabkan oleh munculnya berbagai macam kebutuham masyarakat (umat Hindu) yang diisyaratkan oleh Veda dalam mencapai
keadilan, keamanam' kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup.
Untuk dapat
mengamalkan Veda secara benar di dalam upaya mewujudkan tujuan hidup secara rohani dan jasmani, jenis kitab-kitab Smrti perlu dipergunakan
sebagai pedoman hidup (dipedomani). Berdasarkan
kebiasaan yang telah berjalan, jenis kitab-kitab Smrti dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok besar, yang terdiridari:
a. Kelompok Vedangga
b. Kelompok Upaveda
KELOMPOK WEDANGGA
Kelompok Wedangga disebut juga
Sadangga yang terdiri dari enam bidang Weda yaitu:
1.
Siksa atau Phonetika.
Merupakan
kitab Wedangga yang isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam
pengucapan mantra serta rendah tekanan suara. Untuk dapat mengucapkan mantra
(Weda Sruti) dengan baik, fungsi kitab Siksa ini adalah sangat penting.
Dalam hubungannya dengan mempelajari mantra (Weda Sruti) kitab Siksa juga
disebut dengan nama Pratisakhya. Adapun kitab-kitab Pratishakya yang masih
sampai saat ini adalah : Rg. Weda Pratishakya, Taittriya Pratishakya Sutra,
Wajasaneyi Pratisahya Sutra, Sama Pratisakhya Sutra, Atharwa Weda Pratisakhya
Sutra.
2.
Wyakarana atau Tata Bahasa.
Kitab ini menguraikan
tentang tata bahasa, untuk dapat menghayati Weda dengan benar, kecil
kemungkinannya dapat diketahui, tanpa mengerti dan mengetahui tata bahasanya.
Oleh karena itu kitab Wyakarana ini memiliki fungsi yang sangat penting di
dalam kita mempelajari Weda. Para Maharsi yang mendalami tentang tata bahasa
(Weda) adalah Maharsi Sekatayana, Begawan Panini,Maharsi Patanjali, dan Begawan
Yaska. Diantara orang suci tersebut yang paling terkenal Begawan Panini, beliau
menulis kitab Asta Dhyayi dan Patanjali Bhasa. Beliau adalah orang suci yang
pertama mengenalkan kata bahasa Sanskerta popular (bahasa yang dipergunakan
oleh masyarakat) dan bahasa Daiwiwak yaitu bahasa para Dewa.
3.
Chanda atau Lagu.
Kitab Chanda
adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa dalam Weda yang
disebut lagu. Dalam mempelajari Weda kita perlu mendalami kitab Chanda,
karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelajari secara turun
temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Dari berbagai kitab-kitab Chanda, yang
masih terdapat utuh sampai sekarang ada dua buah buku yaitu Midana Sutra dan
Chanda Sutra yang dihimpun oleh Begawan Pinggala.
4.
Nirukta. Kitab Nirukta.
berisikan
berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.
Kitab ini ditulis oleh Begawan Yaska pada tahun +_800 SM yang isinya
menguraikan tentang tiga macam suatu hal, yaitu : memuat kata- kata yang
memiliki arti sama atau Naighantuka Kanda, memuat kata- kata yang memiliki arti
ganda atau disebut Naighama Kanda, memuat tentang nama-nama Dewa yang ada di
angkasa, bumi, dan surga disebut Daiwatganda.
5.
Jyotisa atau Astronomi.
Merupakan
pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan
untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan
dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan
yadnya. Melalui pengetahuan yang terdapat dalam kitab Jyotisa juga kita dapat
memahami, bahwa bagaimana Weda mengajarkan kepada umatnya untuk dapat berhubungan
secara harmonis dengan alam dan lingkungannya berdasarkan yadnya. Diantara
kitab Jyotisa, yang terdapat masih sampai sekarang adalah kitab Jyotisa
Wedangga yang memiliki hubungan dengan kitab Weda Sruti, Rg Weda dan Yajur
Weda.
6.
Kalpa
Kitab ini
merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan penting. Menurut jenis isinya,
Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu :
a.
Kitab Srauta atau juga
disebut Srauta Sutra , yang isinya memuat berbagai ajaran mengenai tata cara
melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan
upacara keagamaan baik dalam tingkatan upacara besar maupun upacara
kecil.
b.
Kitab Grhya atau Grhyasutra,
yang isinya memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang
harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga. Berhubungan dengan kitab
Srauta dan Sutra (Kalpa) terdapat Sradha Kalpa dan Pitri Merdha Sutra yang
isinya membahas tentang pokok-pokok ajaran yang berhubungan dengan tata cara
upacara untuk arwah orang-orang yang telah meninggal. Disamping itu pula
terdapat kitab Prayas Cita Sutra sebagai pendukung Kitab Waitana Sutra (Atharwa
Weda)
c.
Dharmasutra adalah
membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara.
Kitab Dharmasutra dipandang sangat penting diantara kitab-kitab jenis Kalpa
sehingga terdapatlah kesan bahwa Weda Smrti itu adalah Dharmasastra. Dan orang
suci yang menuliskan kitab Dharmasutra adalah : Bhagawan Manu, Bhagawan
Apastamba, Bhagawan Harita, Bhagawan Wisnu, Bhagawan Wasistha, Bhagawan
Waikanasa, Bhagawan Yajnawalkya, Bhagawan Parasara. Dari nama-nama para
orang suci penulis Dharmasastra tersebut, yang paling terkenal adalah Bhagawan
Manu. Karya sastra dibidang Manawa Dharma Sastra ditulis oleh Bhagawan Bhrgu.
Ajaran yang termuat dalam kitab Manawa Dharma Sastra yang ditulis oleh
Bhagawan Bhrgu menyebar di seluruh pelosok dunia, seperti India, Campa,
Kamboja, Thailand dan sampai di Indonesia. Dalam hidup dan kehidupan kita ini,
dilalui oleh 4 zaman atau disebut juga Catur Yuga sehingga Bhagawan
Shankalikhita menjangkau bahwa masing-masing dari catur Yuga mempunyai Dharma
Sastranya tersendiri, seperti berikut :
·
Pada masa Satya/Krtha Yuga berlaku
kitab Dharma Sastra yang ditulis oleh Bhagawan Manu
·
Pada Masa Trita Yuga berlaku kitab
Dharmasastra yang ditulis oleh Bhagawan Yajnawalkhya
·
Pada Masa Dwapara Yuga berlaku kitab
Dharmasastra buah karya Bhagawan Sankha Likhita
·
Pada masa Kali Yuga dipergunakan
Dharmasastra yang ditulis oleh Bhagawan Parasara
d.
Sulwasutra, adalah memuat
peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya
Pura, Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu
arsitektur.
KELOMPOK UPAWEDA
Kitab Upaweda adalah kelompok kedua
dari Weda Smrti yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kata Upaweda berasal dari
bahasa Sanskerta, yang terdiri dari 2 kata yaitu “upa” yang artinya “dekat”dan
“Weda” yang atinya “pengetahuan suci atau kitab suci”. Upaweda berarti dekat
dengan pengetahuan suci. Kelompok Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1.
Itihasa, Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan
Mahabharata.
Kitab
Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya
dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar
24.000 syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalah
a. Bala Kanda,
b. Ayodhya
Kanda,
c. Aranyaka
Kanda,
d. Kiskinda
Kanda,
e. Sundara Kanda,
f.
Yudha Kanda dan
g. Utara Kanda.
Tiap-tiap Kanda itu merupakan satu kejadian yang
menggambarkan cerita yang menarik. Di Indonesia cerita Ramayana sangat populer
yang digubah ke dalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini
merupakan kakawin tertua yang disusun sekitar abad ke-8.
Kitab Mahabharata
Disamping
Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh
maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan keluarga Bharata dan
menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri. Ditinjau
dari arti Itihasa berasal dari kata "Iti", "ha" dan
"asa" artinya adalah "sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya"
maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan
keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata meliputi
18 Parwa, yaitu:
-
Adiparwa,
-
Sabhaparwa,
-
Wanaparwa,
-
Wirataparwa,
-
Udyogaparwa,
-
Bhismaparwa,
-
Dronaparwa,
-
Karnaparwa,
-
Salyaparwa,
-
Sauptikaparwa,
-
Santiparwa,
-
Anusasanaparwa,
-
Aswamedhikaparwa,
-
Asramawasikaparwa,
-
Mausalaparwa,
-
Mahaprastanikaparwa, dan
-
Swargarohanaparwa.
Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam
Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita, yang amat mashyur isinya adalah
wejangan Sri Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat yang amat tinggi.
2.
Purana
Merupakan
kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia, Pralaya, cerita
mengenai zaman Manu atau Manwantara,dan silsilah para raja yang memerintah di
dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah
keturunaan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat
ceitra-ceritra yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan.
Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan
tentang ceritra kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang,
cara melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai
cara bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting
dari kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme
(Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu. Adapun kitab-kitab
Purana itu terdiri dari 18 buah, yaitu Wisnu Purana, Narada Purana ,Bhagawata
Purana, Garuda Purana, Padma Purana, Waraha Purana Bhrahmanda Purana,
Brhrahmawaiwarta Purana, Markandenya Purana, Bhawisya Purana, Waruna Purana,
Brahma Purana, Matsya Purana, Kurma Purana, Lingga Purana, Siwa Purana, Skanda Purana
dan Agni Purana.
Berdasarkan
sifatnya , ke delapanbelas purana tersebut dibagi tiga kelompok yaitu :
a. Satwika Purana
: Wisnu, Narada , Bhagawata, Garuda, Padma, dan Waraha.
b. Rajasika
Purana : Bhrahmanda, Brhrahmawaiwarta, Markandenya Bhawisya, Waruna, dan Brahma
c. Tamasika
Purana : Matsya, Kurma, Lingga, Siwa, Skanda, dan Agni
3.
Arthasastra
Adalah jenis
ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik.
Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau
pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini
adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya
terkenal di bidang Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan
Parasara dan Rsi Canakya.
4.
Ayur Weda
Adalah kitab
yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai sistem sifatnya.
Ayur Weda adalah filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh karena
demikian, maka luas lingkup ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur Weda
meliputi bidang yang amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup.
Menurut
isinya, Ayur Weda meliputi delapan bidang ilmu,
-
Salya yaitu ajaran mengenai ilmu
bedah,
-
Salkya yaitu ajatan megenai ilmu
penyakit,
-
Kayakitsa yaitu ajaran mengenai ilmu
obat-obatan,
-
Bhuta Widya yaitu ajaran mengenai
ilmu psikotherapy,
-
Kaumara Bhrtya yaitu ajaran mengenai
ilmu pendidikan anak-anak (ilmu jiwa anak),
-
Agada Tantra yaitu ajaran mengenai
ilmu toksikologi,
-
Rasayama Tantra yaitu ajaran
mengenai ilmu mujizat dan
-
Wajikarana adalah ajaran mengenai
ilmu jiwa remaja.
Disamping
Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita yang ditulis oleh Maharsi Punarwasu.
Kitab inipun memuat delapan bidang ajaran (ilmu), yakni:
-
Sutrathana yang isinya menguraikan
tentang ilmu pengobatan,
-
Nidanastana yang isinya menguraikan
tentang berbagai jens penyakit yang umum,
-
Wimanasthana yaitu isinya
menguraiakan tentang ilmu pathologi,
-
Sarithana yaitu menguraikan tentang
ilmu anatomi dan embriologi,
-
Indiyasthana adalah menguraikan
tentang ilmu diagnosis dan pragnosis,
-
Cikitasthana,
-
Kalpasthana,
-
Siddistana ketiganya menguraikan
ajaran pokok-pokok ilmu therapy tetapi dalam catatan kitab Kalpasthana dan
Siddistana telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Persia pada tahun 800
Masehi.
Kitab Susrusa
Samhita ditulis oleh Bhagawan Susanta yang menguraikan tentang ajaran umum di
bidang ilmu bedah dan berbagai macam alat-alat yang dipergunakan dalam
pembedahan. Kitab Yogasara dan Kitab Yogasastra ditulis oleh Bhagawan Nagarjuna,
dimana keduannya isinya menguraikan tentang pokok-pokok ilmu yoga yang
berhubungan dengan system anatomi dalam pembinaan kesehatan baik jasmani maupun
rohani. Kitab Kama Sutra ditulis oleh Bhagawan Watsyayana pada abad ke 10
Masehi yang erat ubungannya dengan kitab Wajikarana , isinya menguraikan
tentang ajaran ilmu jiwa remaja.
5.
Gandharwaweda
Adalah kitab
yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada beberapa buku penting yang
termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan
Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.
6.
Kama Sastra
Kitab Kama
Sastra sebagai bagian dari jenis Kitab Upaweda yang menguraikan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah. Di dalam upaya
untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup umat beragama dipandang perlu untuk
membangkitkan rasa indah tersebut. Kebangkitan dari rasa indah manusia
terbentuk untuk berbakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa hendaknya dipedomani oleh
Kama Sastra. Karena dengan demikian asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu
terarah atau bernialai positif. Diantara kitab-kitab Kama Sastra yang terkenal
adalah karya dari Bhagawan Watsyayana.
7.
Agama.
Kitab agama
itu baru ada setelah agama Hindu itu ada dan berkembang di dunia. Menurut Weda,
agama hindu boleh dan dapat dipelajari oleh seluruh umat manusia. Hal ini
termuat dalam kitab Yajur Weda XVI.18 sebagai berikut :
Yaatkeram
wacam kalyanin awadoni janebhyah
Brahma
Rajanyabhyam cudraya ca siwaya caranayaca
Artinya :
Biar
kunyatakan disini kitab suci ini kepada orang-orang banyak, kepada kaum
Brahmana , kaum Ksatrya, kaum Sudra, dan kaum Waisya dan bahkan kepada orang-orangKu
dan kepada mereka (orang-orang asing) sekalipun.
Berdasarkan
bunyi Sloka tersebut diatas dinyatakan bahwa kitab Suci Weda dapat dipelajari
oleh siapa saja. Namun menyadari akan kekurang sempurnaan kita sebagai umatnya,
maka tidak akan semuanya dapat mempelajarinya dengan sempurna. Disamping itu
juga kita perlu menyadari bahwa, Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu
mengandung ajaran yang sangat tinggi. Bagi mereka yang belum dapat mempelajari
Weda dapat belajar agama Hindu berdasarkan kitab-kitab agama yang isinya memuat
ajaran tentang keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan petunjuk-petunjuk untuk
melaksanakan tata cara persembahyangan.
Dari uraian
di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smrti meliputi banyak buku dan
kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang tertentu. Ditambah lagi kitab-kitab
Agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama dan Sakta Agama dan kitab-kitab
Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Wedanta. Kedua
terakhir ini termasuk golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab Weda dan
mendasarkan ajarannya pada Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat
diperkirakan betapa luasnya Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Hal ini sesuai dengan Sloka yang terdapat di dalam kitab Manawa dharmasastra
II.16 sebagai berikut :
Wedo khilo dharma mulam smerti cile ca tad widam
Acaracca iwa sadhunam atmanastustir ceva ca
Artinya,
Seluruh Weda
merupaka sumber dari pada Dharma (agama Hindu) kemudian barulah Smrti,
disamping kebiasaan-kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Weda
(sila) dan kemudian tradisi-tradisi dari orang-orang suci (acara) serta yang
terakhir adalah rasa puas diri sendiri (atmanastuti).
Di dalam
ajaran Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu, karena tiap ilmu akan menunjuk
pada satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Hal inilah yang perlu
diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara sempurna.