Perenungan
”Na karmaṇām
anārambhān naiṣkarmyaṁ puruṣo ’ṡnute,
na ca saṁnyasanād
eva siddhiṁ samadhigacchati”.
Terjemahannya
adalah.
“Tanpa kerja orang
tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak akan mencapai
kesempurnaan karena
menghindari kegiatan kerja”. (Bhagavad Gita. III.4).
Etika yang nama
lainnya adalah susila sesungguhnya adalah suatu bentuk pengendalian diri dalam
pergaulan hidup bersama agara terjadi keharmonisan hidup di antara sesama dan
lingkungan sekitarnya (Sayang Supardi, 2004 : 10). Etika juga merupakan pedoman
moral bagi orang tertentu, agama, profesi, dan sebagainya.
Disadari atau tidak etika itu sebenarnya telah ada sejak manusia ada di muka
bumi ini. Namun, etika itu mengalami kemunduran (Degradasi) dari zaman ke
Zaman. Dalam kehidupan Sehari-hari etika perlu mendapat perhatian lebih serius
dan ditingkatkan terus-menerus kwalitasnya karena dari etika yang baik akan
menghasilkan generasi yang berkualitas baik juga. Etika yang buruk hanya akan
menhasilkan kegagalan dalam hidup ini. Sangat disayangkan kalau dalam hidup ini
yang telah dilalui dengan susah payah dan sangat lama tidak dapat menunjukkan
kwalitas manusia sejati gara-gara hidup tanpa etika. Jika demikian adanya,
apakah arti semua hidup ini? Tidak lain, layaknya mayat berjalan. Artinya
kelihatan hidup, tetapi tidak ada gunanya atau sia-sia.
Yoga adalah penghubung, pengaitan atau persatuan jiwa individual dengan Beliau
Yang Maha Esa, mutlak dan tak terbatas. Ia juga berarti penghentian
goncangan-goncangan pikiran. Anda tidak dapat menjadi yogin, kecuali bilamana
anda adalah seorang Theis (percaya kepada Tuhan) dan theisme akan
tidak ada arti, kecuali anda mengikuti tingkatan mental dapat berlangsung
secara kontinyu. Ada dua jenis tingkatan konsentrasi atau semadhi, yaitu :
Samprajnata Samadhi (konsentrasi sadar), dimana ada obyek konsentrasi yang
pasti dan pikiran tetap sadar akan obyek tersebut ( Maswinara, 1999:167).
Adapun 4
bentuk-bentuk dari Samprajnata Samadhi itu atau menurut jenis obyek
pernungannya yaitu,
1. Savitarka (dengan
pertimbangan), konsentrasi pikiran yang dikonsentrasikan pada obyek kasar
(benda kasar dan nyata), seperti arca dewa atau dewi
2. Savicara (dengan
renungan), konsentrasi pikiran yang dikonsentrasikan pada obyek yang halus
tidak kelihatan nyata, seperti Tanmantra.
3. Sananda (dengan
kegembiraan), konsentrasi pikiran dipusatkan pada obyek yang halus, seperti
Indriya
4. Sasmita (dengan
arti kepribadian), konsentrasi pikiran di tujukan kepada anasir rasa aku.
Biasanya dalam kondisi ini Roh akan menyamakan dirinya dengan anasir itu. Yang
kedua adalah Asamprajnata Samadhi, dimana perbedaan antara obyek yang
dimeditasikan dan subyek menjadi lenyap dan terlampui atau transenden sedangkan
pada pada Samprajnata Semadhi ada kesadaran yang jernih tentang obyek yang
dimeditasikan yang berbeda dengan subyek.
Dalam filsafat yoga dijelaskan bahwa yoga berarti
penghentian kegoncangan-kegoncangan pikiran. Ada lima keadaan pikiran itu.
Keadaan pikiran itu ditentukan oleh intensitas sathwa, rajas dan tamas. Kelima
keadaan pikiran itu adalah sebagaimana tertera dalam uraian berikut.
1. Ksipta artinya
tidak diam-diam. Dalam keadaan pikiran itu diombang-ambingkan oleh rajas dan
tamas, dan ditarik-tarik oleh objek indria dan sarana-sarana untuk mencapainya,
pikiran melompat-lompat dari satu objek ke objek yang lain tanpa terhenti pada
satu objek.
2. Mudha artinya
lamban dan malas. Gerak lamban dan malas ini disebabkan oleh pengaruh tamas
yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang alam pikirannya demikian
cenderung bodoh, senang tidur dan sebagainya.
3. Wiksipta
artinya bingung, kacau. Hal ini disebabkan oleh pengaruh rajas. Karena pengaruh
ini, pikiran mampu mewujudkan semua objek dan mengarahkannya pada kebajikan,
pengetahuan, dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu
objek, namun sifatnya sementara, sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.
4. Ekarga artinya
terpusat. Di sini, citta terhapus dari cemarnya rajas sehingga sattva lah yang
menguasai pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang
memungkinkan ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk
menghentikan perubahan-perubahan pikiran.
5. Niruddha
artinya terkendali. Dalam tahap ini, berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya
ketenanganlah yang ada. Ekagra dan niruddha merupakan persiapan dan bantuan
untuk mencapai tujuan akhir, yaitu kelepasan. Bila ekagra dapat berlangsung
terus menerus, maka disebut samprajna-yoga atau meditasi yang dalam, yang
padanya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang terang. Tingkatan
niruddha juga disebut asaniprajnata-yoga, karena semua perubahan dan
kegoncangan pikiran terhenti, tiada satu pun diketahui oleh pikiran lagi. Dalam
keadaan demikian, tidak ada riak-riak gelombang kecil sekali pun dalam
permukaan alam pikiran atau citta itu. Inilah yang dinamakan orang samadhi
yoga.