Niyatam kuru karma tvam
Karma jyayo hy akarmanah
Sarra-yatrapi ca te
Na prasiddhyed akarmanah
(Bhagawadgita III.8.42)
Artinya :
Lakukanlah pekerjaan yang diberikan
padamu, karena melakukan perbuatan itu lebih baik sifatnya daripada tidak melakukan
apa-apa, sebagai juga untuk memelihara badanmu tidak akan mungkin jika engkau
tidak bekerja.
Manusia tumbuh melalui berbagai
tahap usia dalam hidup mereka, proses yang dikenal sebagai siklus kehidupan
manusia. Berbagai poin sepanjang siklus kehidupan seseorang menawarkan berbagai
pertumbuhan dan perkembangan, baik pada tingkat fisik dan emosional. Sebagai
orang yang bergerak melalui kehidupan dari satu siklus ke siklus yang lain, ia
juga mengalami perkembangan konstan dari kehidupan seluler, kematian dan
regenerasi, dari saat pembuahan sampai saat kematian.
Kita mesti bangga karena Hindu telah
memiliki konsep yang jelas tentang jenjang kehidupan seorang manusia yang
tersusun secara sistimatis dalam Catur Asrama. Dalam kepercayaan lain konsep
ini Nampak tidak begitu jelas, dimana seorang yang sebenarnya sudah masuk di
masa yang sudah tidak muda lagi masih diijinkan untuk menikah dan begitu juga
sebaliknya diusia yang masih sangat muda seseorang telah dinikahkan.
Selain itu penilaian Hindu tentang
seberapa pantas seorang itu menikah bukan hanya dari fisik tapi kedewasaan
mental dan seberapa besar kemampuan yang diperoleh dalam masa belajar untuk
dapat menunjang kehidupan rumah tangganya nanti.
Kata Catur Asrama berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata Catur
berarti empat dan kata Asrama berarti tempat atau lapangan “kerohanian”.
Catur asrama adalah empat jenjang kehidupan manusia berdasarkan petunjuk
kerohanian yang dipolakan untuk mencapai empat tujuan hidup manusia yang
disebut Catur Purusartha. Jenjang kehidupan itu berdasarkan atas tatanan
rohani, waktu, umur dan sifat perilaku manusia.
Empat Asrama atau tahapan dalam
kehidupan, yaitu : Brahmacari
(tahapan belajar atau masa menuntut ilmu pengetahuan), Grhastha (tahapan berumah tangga), Wanaprastha (tahapan penghuni hutan atau pertapa dan yang terakhir
adalah Sannyasin (kehidupan
penyangkalan atau bhiksuka). Setiap
tahapan memiliki tugas sendiri-sendiri. Tahapan-tahapan ini membantu evolusi
manusia. Empat Asrama menempatkan manusia pada kesempurnaan oleh masing-masing
tahapan. Pelaksanaan dari Empat Asrama, mengatur kehidupan dari awal sampai
akhir. Dua Asrama yang pertama menyinggung tentang Prawrtti Marga atau jalan
kerja, dan tua tahapan berikutnya yaitu kehiduan Wanaprastha dan Sannyasa merupakan
tahapan penarikan diri dari dunia luar. Mereka menyinggung kepada Niwrtti Marga
atau jalan penyangkalan atau penolakan.
Wanaprastha dan Sannyasa Asrama, adalah tahapan hidup memasuki masa pension dan
tahapan hidup mempersiapkan diri untuk melepaskan sang diri (Atman) dari
belenggu kehidupan di dunia nyata ini. Dua tahap ini hanya ditujukan untuk
mencapai Moksa sebagai tujuan akhir dari proses hidup ini. Saat
Wanaprastha adalah tahapan hidup untuk membagi berbagai pengalaman hidup pada
generasi penerus yaitu Brahmacari dan Grhastha Asrama. Dalam hal inilah berlaku
semboyan pengalaman sebagai guru terbaik. Sukses dan gagal dalam hidupnya saat
Brahmacari dan Grhastha seyogyanya menjadi bahan pelajaran untuk ditelaah oleh
generasi selanjutnya.
Pengalaman yang sukses dan gagal itu
sebagai suatu bahan pelajaran yang sangat berharga sebagai suatu pebandingan
bagi generasi berikutnya. Tentunya dengan kajian-kajian mendalam. Karena
situasi dan kondisi jaman sebelumnya dan jaman selanjutnya tidak sama. Cara sukses
pada masa yang lalu tentunya tidak selamanya bisa diterapkan pada jaman
selanjutnya. Demikian juga kegagalan yang pernah dialami jangan sampai terulang
oleh generasi selanjutnya.
Susunana tatanan itu mendukung atas
perkembangan rohani seseorang. Perkembangan rohani berproses dari bayi, muda,
dewasa, tua, dan mekar. Kemudian berkembang menjadi rohani yang mantap
mengalami ketenangan dan keseimbangan.
Adanya empat jenjang kehidupan dalam
ajaran agama Hindu dengan jelas memperlihatkan bahwa hidup itu deprogram
menjadi empat fase dalam kurun waktu tertentu. Tegasnya dalam satu
lintasan hidup diharapkan manusia mempunyai tatanan hidup melalui empat tahap
program itu, dengan menunjukkan hasil yang sempurna.
Dalam fase pertama, kedua, ketiga
dan keempat rumusan tatanan hidup dipolakan. Sehingga dapat digariskan bahwa
pada umumnya orang yang berada dalam fase pertama dan tidak boleh atau kurang
tepat menuruti tatanan hidup dalam fase yang kedua, ketiga ataupun keempat.
Demikian seterusnya diantara satu fase hidup dengan
kehidupan berikutnya. Bilamana hal itu terjadi dan diikuti secara tekun maka
kerahayuan hidup akan mudah tercapai. Bilamana dilanggar tentu yang
bersangkutan akan mengalami hal yang sebaliknya. Jadi untuk memudahkan menuju
tujuan hidup maka agama Hindu mengajarkan dan mencanangkan empat jenjang
tatanan kehidupan ini. Masing-masing jenjang itu, memiliki warna tersendiri dan
semua jenjang itu mesti dilewati hingga akhir hayat dikandung badan. Setelah
itu diharapkan atma menjadi bersatu dengan sumbernya yaitu Parama Atma.
0 comments:
Post a Comment