Thursday, 4 April 2019

PENGERTIAN CATUR ASRAMA

April 04, 2019

PENGERTIAN CATUR ASRAMA


Niyatam kuru karma tvam
Karma jyayo hy akarmanah
Sarra-yatrapi ca te
Na prasiddhyed akarmanah
(Bhagawadgita III.8.42)

Artinya :
Lakukanlah pekerjaan yang diberikan padamu, karena melakukan perbuatan itu lebih baik sifatnya daripada tidak melakukan apa-apa, sebagai juga untuk memelihara badanmu tidak akan mungkin jika engkau tidak bekerja.

Manusia tumbuh melalui berbagai tahap usia dalam hidup mereka, proses yang dikenal sebagai siklus kehidupan manusia. Berbagai poin sepanjang siklus kehidupan seseorang menawarkan berbagai pertumbuhan dan perkembangan, baik pada tingkat fisik dan emosional. Sebagai orang yang bergerak melalui kehidupan dari satu siklus ke siklus yang lain, ia juga mengalami perkembangan konstan dari kehidupan seluler, kematian dan regenerasi, dari saat pembuahan sampai saat kematian.
Kita mesti bangga karena Hindu telah memiliki konsep yang jelas tentang jenjang kehidupan seorang manusia yang tersusun secara sistimatis dalam Catur Asrama. Dalam kepercayaan lain konsep ini Nampak tidak begitu jelas, dimana seorang yang sebenarnya sudah masuk di masa yang sudah tidak muda lagi masih diijinkan untuk menikah dan begitu juga sebaliknya diusia yang masih sangat muda seseorang telah dinikahkan. 
Selain itu penilaian Hindu tentang seberapa pantas seorang itu menikah bukan hanya dari fisik tapi kedewasaan mental dan seberapa besar kemampuan yang diperoleh dalam masa belajar untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya nanti.
Kata Catur Asrama berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata Catur berarti empat dan kata Asrama berarti tempat atau lapangan “kerohanian”. Catur asrama adalah empat jenjang kehidupan manusia berdasarkan petunjuk kerohanian yang dipolakan untuk mencapai empat tujuan hidup manusia yang disebut Catur Purusartha. Jenjang kehidupan itu berdasarkan atas tatanan rohani, waktu, umur dan sifat perilaku manusia.
Empat Asrama atau tahapan dalam kehidupan, yaitu : Brahmacari (tahapan belajar atau masa menuntut ilmu pengetahuan), Grhastha (tahapan berumah tangga), Wanaprastha (tahapan penghuni hutan atau pertapa dan yang terakhir adalah Sannyasin (kehidupan penyangkalan atau bhiksuka). Setiap tahapan memiliki tugas sendiri-sendiri. Tahapan-tahapan ini membantu evolusi manusia. Empat Asrama menempatkan manusia pada kesempurnaan oleh masing-masing tahapan. Pelaksanaan dari Empat Asrama, mengatur kehidupan dari awal sampai akhir. Dua Asrama yang pertama menyinggung tentang Prawrtti Marga atau jalan kerja, dan tua tahapan berikutnya yaitu kehiduan Wanaprastha dan Sannyasa merupakan tahapan penarikan diri dari dunia luar. Mereka menyinggung kepada Niwrtti Marga atau jalan penyangkalan atau penolakan.
Wanaprastha dan Sannyasa Asrama, adalah tahapan hidup memasuki masa pension dan tahapan hidup mempersiapkan diri untuk melepaskan sang diri (Atman) dari belenggu kehidupan di dunia nyata ini. Dua tahap ini hanya ditujukan untuk mencapai Moksa sebagai tujuan akhir dari proses  hidup ini. Saat Wanaprastha adalah tahapan hidup untuk membagi berbagai pengalaman hidup pada generasi penerus yaitu Brahmacari dan Grhastha Asrama. Dalam hal inilah berlaku semboyan pengalaman sebagai guru terbaik. Sukses dan gagal dalam hidupnya saat Brahmacari dan Grhastha seyogyanya menjadi bahan pelajaran untuk ditelaah oleh generasi selanjutnya.
Pengalaman yang sukses dan gagal itu sebagai suatu bahan pelajaran yang sangat berharga sebagai suatu pebandingan bagi generasi berikutnya. Tentunya dengan kajian-kajian mendalam. Karena situasi dan kondisi jaman sebelumnya dan jaman selanjutnya tidak sama. Cara sukses pada masa yang lalu tentunya tidak selamanya bisa diterapkan pada jaman selanjutnya. Demikian juga kegagalan yang pernah dialami jangan sampai terulang oleh generasi selanjutnya.  
Susunana tatanan itu mendukung atas perkembangan rohani seseorang. Perkembangan rohani berproses dari bayi, muda, dewasa, tua, dan mekar. Kemudian berkembang menjadi rohani yang mantap mengalami ketenangan dan keseimbangan.
Adanya empat jenjang kehidupan dalam ajaran agama Hindu dengan jelas memperlihatkan bahwa hidup itu deprogram menjadi empat  fase dalam kurun waktu tertentu. Tegasnya dalam satu lintasan hidup diharapkan manusia mempunyai tatanan hidup melalui empat tahap program itu, dengan menunjukkan hasil yang sempurna.
Dalam fase pertama, kedua, ketiga dan keempat rumusan tatanan hidup dipolakan. Sehingga dapat digariskan bahwa pada umumnya orang yang berada dalam fase pertama dan tidak boleh atau kurang tepat menuruti tatanan hidup dalam fase yang kedua, ketiga ataupun keempat.
Demikian seterusnya diantara satu fase hidup dengan kehidupan berikutnya. Bilamana hal itu terjadi dan diikuti secara tekun maka kerahayuan hidup akan mudah tercapai. Bilamana dilanggar tentu yang bersangkutan akan mengalami hal yang sebaliknya. Jadi untuk memudahkan menuju tujuan hidup maka agama Hindu mengajarkan dan mencanangkan empat jenjang tatanan kehidupan ini. Masing-masing jenjang itu, memiliki warna tersendiri dan semua jenjang itu mesti dilewati hingga akhir hayat dikandung badan. Setelah itu diharapkan atma menjadi bersatu dengan sumbernya yaitu Parama Atma.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 AGAMA HINDU CERDAS. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top