Wanaprastha
asrama
Wanaprasta terdiri dari dua kata
yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ”
yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan diri
ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan
duniawi.
Kalau dalam grehastha asrama
seseorang giat bekerja, mengabdi untuk mendapatkan bekal hidup baik yang
bersifat rohani dan lebih-lebih lagi yang bersifat artha. Namun dalm tingkatan
wanaprastha asrama perlahan-lahan seseorang itu mulai mengasingkan diri dari
kesibukan duniawi. Dengan demikian juga yang berhubungan dengan kepuasan yang
bersifat lahiriah sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Pusat perhatian pada
jenjang ini mengarah pada kenikmatan rohani, memperdalam ajaran kerohanian dan
kegiatan spiritual lebih diperbanyak.
Tetapi dizaman
modern seperti sekarang ini, sulit dilakukan mengingat hutan susah untuk ditemukan.
Hutan – hutan berubah menjadi rumah, ruko dan juga gedung – gedung bertingkat.
Lalu bagaimana kita menjalani kehidupan wanaprasta. Kehidupan wanaprasta
dimaksudkan, secara perlahan – lahan melepaskan keterikatan duniawi dan
mendekatkan diri dengan Tuhan, meningkatkan spiritualitas untuk mengetahui
hakekat Tuhan yang sesungguhnya. Jadi tidak harus pergi ke hutan dan
mengasingkan diri.
Manfaat menjalani jenjang wanaprasta
dalam kehidupan ini antara lain :
1. Untuk mencapai ketenangan rohani.
2.
Manfaatkan sisa-sisa kehidupan di
dunia untuk mengabdi dan berbuat amal kebajikan kepada masyarakat umum.
3. Melepaskan segala keterikatan
duniawi
Masa mulai menempuh hidup
Wanaprastha
Menurut
kitab Nitisastra
masa wanaprasta kurang lebih 50 – 60 tahun.
Masa
yang baik untuk mulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah setelah
berusia kurang lebih 60 tahun ke atas. Karena pada usia seperti itu,
anak-anaknya sudah dapat hidup mandiri. Bagi seorang pegawai negeri ia sudah
pension sehingga ia sudah lepas dan bebas dari tugas dinasnya.
Vanaprastha tidaklah diartikan sebagai
meninggalkan rumah lalu pergi menyepi kehutan untuk bertapa, tetapi vanaprastha
dimaknai sebagai hidup yang hening dan suci, sedikit demi sedikit melepaskan
diri dari ikatan keduniawian, dan menguatkan pengendalian diri berdasarkan
ajaran Agama Hindu. Ajaran agama yang diperoleh pada masa brahmacari kini
dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari secara lebih mantap, dimana lebih
dipusatkan pada bidang spiritual.
Orang
yang melaksanakan vanaprastha disebut vanaprasthin, hendaknya selalu menjaga
kesucian dan kesehatan jasmani/rohani, banyak melakukan pekerjaan mulia,
bijaksana, bersahabat, berbicara manis dan menyenangkan, melakukan sadhana,
melaksanakan latihan-latihan kerohanian (yoga), melakukan berbagai
"vrata" atau pengekangan diri, suka belajar dan bergaul pada
orang-orang suci (Sulinggih), sering me-dharma yatra dan lain-lain.
Wanaprastha adalah batu loncatan untuk mencapai
sebuah jenjang Sanyasin karena lewat Wanaprasta jiwa secara perlahan terlatih
tidak lagi bergantung kepada hal-hal yang bersifat kenikmatan indria dengan
demikian pikiran tidak lagi focus ke indria apapun bentuknya melainkan hanya
pada Tuhan.
“ Tat-buddhayas
tad-atmanas
tan-nisthas
tat-parayanah
gacchanty
apunar-avrtti
jnana-nirdhuta-kalmasah”.
(
Bhagavadgita V-17)
Artinya:
“Mereka yang memikirkan-Nya,
menyerahkan seluruh jiwa kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama, memuja hanya
pada-Nya, akan pcrgi tidak kcmbali, dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan
itu”.
Dari
sloka ini dijelaskan bahwa pikiran adalah faktor terpenting dalam keberhasilan
seorang dalam melaknakan Sanyasin asrama, untuk itu pikiran harus dilatih
secara perlahan-lahan pada masa wanaprasta hingga nanti saat memasuki jenjang
sannyasi asrama pikiran benar-benar telah mantap pada Tuhan. Hingga tidak ada
lagi goncangan-goncangan mental saat menjalani masa Sannyasin.
Adapun
ciri-ciri orang yang telah dapat masuki tahap wanapratha ini adalah: usia yang
sudah lanjut, mempunyai banyak pengalaman hidup, mampu mengatasi gelombang
pahit getirnya kehidupan, serta mempunyai kebijaksanan yang dilandasi oleh
ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Telah memiliki keturunan atau generasi
lanjutan yang sudah mapan dan mampu hidup mandiri.serta tidak bergantung lagi
pada orang tua baik dibidang ekonomi maupun yang lainnya.
Artha
dan kama hendaknya kita mulai mengurangi, berkosentrasi dalam spiritual,
mencari ketenangan bathin dan lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang
Widhi. Tujuan hidup pada masa ini adalah persiapan mental dan fisik untuk dapat
menyatu dengan Tuhan, sehingga Tujuan hidup ini diprioritaskan kepada kama dan
moksa.
0 comments:
Post a Comment