Thursday, 4 April 2019

WANAPRASTA ASRAMA

April 04, 2019


Wanaprastha asrama

Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan duniawi.
Kalau dalam grehastha asrama seseorang giat bekerja, mengabdi untuk mendapatkan bekal hidup baik yang bersifat rohani dan lebih-lebih lagi yang bersifat artha. Namun dalm tingkatan wanaprastha asrama perlahan-lahan seseorang itu mulai mengasingkan diri dari kesibukan duniawi. Dengan demikian juga yang berhubungan dengan kepuasan yang bersifat lahiriah sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Pusat perhatian pada jenjang ini mengarah pada kenikmatan rohani, memperdalam ajaran kerohanian dan kegiatan spiritual lebih diperbanyak.
Tetapi dizaman modern seperti sekarang ini, sulit dilakukan mengingat hutan susah untuk ditemukan. Hutan – hutan berubah menjadi rumah, ruko dan juga gedung – gedung bertingkat. Lalu bagaimana kita menjalani kehidupan wanaprasta. Kehidupan wanaprasta dimaksudkan, secara perlahan – lahan melepaskan keterikatan duniawi dan mendekatkan diri dengan Tuhan, meningkatkan spiritualitas untuk mengetahui hakekat Tuhan yang sesungguhnya. Jadi tidak harus pergi ke hutan dan mengasingkan diri.

Manfaat menjalani jenjang wanaprasta dalam kehidupan ini antara lain :
1.      Untuk mencapai ketenangan rohani.
2.      Manfaatkan sisa-sisa kehidupan di dunia untuk mengabdi dan berbuat amal kebajikan kepada masyarakat umum.
3.      Melepaskan segala keterikatan duniawi

Masa mulai menempuh hidup Wanaprastha
Menurut kitab Nitisastra masa wanaprasta kurang lebih 50 – 60 tahun.
Masa yang baik untuk mulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah setelah berusia kurang lebih 60 tahun ke atas. Karena pada usia seperti itu, anak-anaknya sudah dapat hidup mandiri. Bagi seorang pegawai negeri ia sudah pension sehingga ia sudah lepas dan bebas dari tugas dinasnya.
Vanaprastha tidaklah diartikan sebagai meninggalkan rumah lalu pergi menyepi kehutan untuk bertapa, tetapi vanaprastha dimaknai sebagai hidup yang hening dan suci, sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ikatan keduniawian, dan menguatkan pengendalian diri berdasarkan ajaran Agama Hindu. Ajaran agama yang diperoleh pada masa brahmacari kini dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari secara lebih mantap, dimana lebih dipusatkan pada bidang spiritual. 
Orang yang melaksanakan vanaprastha disebut vanaprasthin, hendaknya selalu menjaga kesucian dan kesehatan jasmani/rohani, banyak melakukan pekerjaan mulia, bijaksana, bersahabat, berbicara manis dan menyenangkan, melakukan sadhana, melaksanakan latihan-latihan kerohanian (yoga), melakukan berbagai "vrata" atau pengekangan diri, suka belajar dan bergaul pada orang-orang suci (Sulinggih), sering me-dharma yatra dan lain-lain. 
Wanaprastha adalah batu loncatan untuk mencapai sebuah jenjang Sanyasin karena lewat Wanaprasta jiwa secara perlahan terlatih tidak lagi bergantung kepada hal-hal yang bersifat kenikmatan indria dengan demikian pikiran tidak lagi focus ke indria apapun bentuknya melainkan hanya pada Tuhan.
“ Tat-buddhayas tad-atmanas
tan-nisthas tat-parayanah
gacchanty apunar-avrtti
jnana-nirdhuta-kalmasah”.
            ( Bhagavadgita V-17)
Artinya:
“Mereka yang memikirkan-Nya, menyerahkan seluruh jiwa kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama, memuja hanya pada-Nya, akan pcrgi tidak kcmbali, dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan itu”.
           
Dari sloka ini dijelaskan bahwa pikiran adalah faktor terpenting dalam keberhasilan seorang dalam melaknakan Sanyasin asrama, untuk itu pikiran harus dilatih secara perlahan-lahan pada masa wanaprasta hingga nanti saat memasuki jenjang sannyasi asrama pikiran benar-benar telah mantap pada Tuhan. Hingga tidak ada lagi goncangan-goncangan mental saat menjalani masa Sannyasin.
Adapun ciri-ciri orang yang telah dapat masuki tahap wanapratha ini adalah: usia yang sudah lanjut, mempunyai banyak pengalaman hidup, mampu mengatasi gelombang pahit getirnya kehidupan, serta mempunyai kebijaksanan yang dilandasi oleh ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Telah memiliki keturunan atau generasi lanjutan yang sudah mapan dan mampu hidup mandiri.serta tidak bergantung lagi pada orang tua baik dibidang ekonomi maupun yang lainnya.
Artha dan kama hendaknya kita mulai mengurangi, berkosentrasi dalam spiritual, mencari ketenangan bathin dan lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi. Tujuan hidup pada masa ini adalah persiapan mental dan fisik untuk dapat menyatu dengan Tuhan, sehingga Tujuan hidup ini diprioritaskan kepada kama dan moksa.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 AGAMA HINDU CERDAS. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top